AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Perbandingan
pengolahan sampah di Indonesia dengan pengolahan sampah di Swedia
Amdal
adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan
(Pasal 1 ayat 1 PP 27 Tahun 1999).
Mengenai amdal tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan di Indonesia, AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang
diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Dalam
kesempatan ini saya akan menjelaskan tentang amdal dengan kasus perbandingan /
perbedaan pengolahan sampah di Indonesia dengan pengolahan sampah di luar negeri
khususnya di Negara Swedia.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan ,
pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan,
atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif
dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara
negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan
daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri.
Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area
metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk
sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan
pengolah sampah.
Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung
banyak hal, di antaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah
dan ketersediaan area.
Tujuan
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:- mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis (Lihat: Pemanfaatan sampah), atau
- mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.
Metode Pembuangan
Penimbunan darat
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penimbunan darat
Penimbunan darat sampah
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk
menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di
dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang
bekas pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat
yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah
yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak dirancang dan
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, di
antaranya angin berbau sampah, menarik berkumpulnya Hama, dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon
dioksida yang juga sangat berbahaya. (di Bandung kandungan gas methan ini
meledak dan melongsorkan gunung sampah)
Kendaraan pemadat sampah penimbunan darat.
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang
modern di antaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan
tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah
kepadatan dan kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya
tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang
dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan
keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di
mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
Metode Daur Ulang
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai
dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa
cara daur ulang, pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi
atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik.
Metode-metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan di
bawah.
Pengolahan kembali secara fisik
Baja dibuang, dan kelengkapan dilaporkan dipilih
pada kemudahan Central
European Waste Management (Eropa).
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari
daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang,
contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan untuk digunakan kembali.
Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan
sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium,
kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran, majalah, dan
kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP,
dan PS)
juga bisa didaur ulang. Daur ulang dari produk yang kompleks seperti komputer
atau mobil lebih susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan dikelompokkan
menurut jenis bahannya.
Pengolahan biologis
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengkomposan
Pengkomposan.
Material sampah ((organik)), seperti zat tanaman,
sisa makanan atau kertas, bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk
kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang
bisa digunakan sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik
pengkomposan adalah Green
Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada,
di mana sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan tanaman
dikumpulkan di kantong khusus untuk dikomposkan.
Pemulihan energi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sampah
menjadi energi (Waste-to-energy)
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa
diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak
langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur ulang
melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya
sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk
memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator.
Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan,
ketika sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses
ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi.
Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas,
dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau
dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur
plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material organik langsung
menjadi Gas sintetis (campuran antara
karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan
listrik dan uap.
Metode penghindaran dan pengurangan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Minimalisasi
sampah
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah
adalah pencegahan zat sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan
"pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali
barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa
diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan
tas plastik), mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali
pakai (contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang
lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot
kaleng minuman).
Konsep pengelolaan sampah
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah
yang berbeda dalam penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa
yang paling umum, multikonsep yang digunakan adalah:
Diagram dari hirarki limbah.
- Hierarki Sampah - hierarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah, menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hierarki limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hierarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.
- Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah/Extended Producer Responsibility (EPR).(EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan/atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta selama manufaktur.
- prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari pembuangan
Pengelolahan
Sampah Di Swedia
Pengelolaan sampah di Swedia selalu
mengedepankan bahwa sampah merupakan salah satu resources yang dapat digunakan
sebagai sumber energi. dasar pengelolaan sampah diletakkan pada minimasi sampah
dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan sampah
itu didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang sudah sangat tinggi.
Landasan kebijakan Swedia, senyawa beracun yang terkandung dalam sampah harus dikurangi
sejak pada tingkat produksi. Minimasi jumlah sampah dan daur ulang
ditingkatkan. Pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi
secara signifikan. Sehingga, kebijaksanaan pengelolaan sampah swedia antara
lain meliputi: Pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA harus berkurang
sampai dengan 70 % pada tahun 2015. Sampah yang dapat dibakar (combustible
waste) tidak boleh dibuang ke TPA sejak tahun 2002. Sampah organik tidak boleh
dibuang ke TPA lagi pada tahun 2005. Tahun 2008 pengelolaan lokasi landfill
harus harus sesuai dengan ketentuan standar lingkungan. Pengembangan teknologi
tinggi pengolahan sampah untuk sumber energi ditingkatkan.
Kebijakan pemerintah dan budaya
masyarakat yang mengerti arti kebersihan dan energi, membuat Swedia menjadi
negara maju dalam pengelolaan sampah. Dalam data statistik Eurostat, rata-rata
jumlah sampah yang menjadi limbah di negara-negara Eropa adalah 38 persen.
Swedia berhasil menekan angka itu menjadi hanya satu persen.
Swedia, negara terbesar ke-56 di
dunia, dikenal memiliki manajemen sampah yang baik. Mayoritas sampah rumah
tangga di negara Skandinavia itu bisa didaur ulang atau digunakan kembali.
Satu-satunya dampak negatif dari kebijakan ini adalah Swedia kini kekurangan
sampah untuk dijadikan bahan bakar pembangkit energinya.
Swedia kini mengimpor 800 ribu ton
sampah per tahun dari negara-negara tetangganya di Eropa. Mayoritas sampah ini
berasal dari Norwegia. Sampah-sampah ini sekaligus untuk memenuhi program
Sampah-Menjadi-Energi (Waste-to-Energy) di Swedia. Dengan tujuan utama mengubah
sampah menjadi energi panas dan listrik.
Norwegia, sebagai negara pengekspor,
bersedia dengan perjanjian ini karena dianggap lebih ekonomis dibanding
membakar sampah yang ada. Namun, dalam rencana perjanjian disebutkan, sampah
beracun, abu dari proses kremasi, atau yang penuh dengan dioksin, akan
dikembalikan ke Norwegia.Sedangkan bagi Swedia, mengimpor sampah adalah
pemikiran maju dalam hal efisiensi dan suplai energi bagi kebutuhan
manusia.Membakar sampah dalam insinerator mampu menghasilkan panas. Di mana
energi panas ini kemudian didistribusikan melalui pipa ke wilayah perumahan dan
gedung komersial. Energi ini juga mampu menghasilkan listrik bagi rumah
rakyatnya.
Kebijakan ini bisa meningkatkan
nilai dari sampah di masa depan. “Mungkin Anda bisa menjual sampah karena ada
krisis sumber daya di dunia,” ujar Ostlund.
Sesudah Norwegia, Swedia menargetkan
mengimpor sampah dari Bulgaria, Rumania, dan Italia. Selain membantu Swedia
dalam menyediakan sumber energi, impor sampah ini juga menjadi solusi
pengelolaan sampah bagi negara-negara pengekspornya.
Jadi pendapat saya tentang pembahasan limbah kali ini adalah , penanggulangan limbah atau sampah di indonesia sudah lumayan bagus namun belum merata dibandingkann dengan pengolahan limbah di negara Swedia yang telah merata dan dengan teknologi moden sehingga di negaraSwedia sampah pun sangat berharga karna dapat menjadi nilai ekonomis dan penghasil energi yang lumayan bagus.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah
http://fransiskagupita.wordpress.com/
http://fransiskagupita.wordpress.com/